Jalan untuk mencari penjelasan akan suatu problem/fenomena di alam (baik pada makhluk hidup maupun pada benda mati) itu tidak hanya satu dan mungkin tidak pernah akan ada titik akhirnya. Banyak orang terkecoh, sehingga mereka beranggapan :
- Sains saat ini sudah benar, tidak mungkin salah lagi
- Ilmu pengetahuan yang merupakan "turunan" dari ilmu sains juga bahkan dianggap sudah tidak mungkin salah lagi.
Orang² semacam ini saya amati berasal dari kalangan :
- Orang awam tentang dunia sains
- Orang yang berkecimpung di dunia sains, tapi tidak nyemplung di dasarnya
- Orang yang berkecimpung di dunia terapan sains
Perhatikan sobat, matematika saja dalam pengembangan teorinya membutuhkan ide² radikal. Dulu Paul Audrien Maurice Dirac, seorang fisikawan Inggris, dalam artikelnya yang berjudul "The Physical Interpretation of Quantum Dynamics" tahun 1927 mengusulkan suatu "fungsi" dengan sifat tertentu yang sekarang dikenal sebagai delta Dirac. Tahukah sobat bahwa saat kemunculan "fungsi" tsb, para matematikawan "protes keras" karena bagi matematika (saat itu) tidak mungkin ada "fungsi" semacam itu. Namun belakangan muncul pengesahan untuk "fungsi" tersebut setelah Laurent Schwarz, seorang matematikawan Perancis, membuat teori baru dalam matematika yang dikenal sebagai teori ditribusi. Bahkan berkat teorinya tersebut, L. Schwarz diberi penghargaan tertinggi dalam dunia matematika, yakni Field Medal, tahun 1950.
Perhatikan sobat, pengembangan teori matematika saat itu dipicu oleh adanya suatu konsep baru yang diperkenalkan oleh seseorang yang bukan matematikawan. Penolakan konsep baru tersebut semata² karena keterbatasan ilmu yang dimiliki saat itu. Namun itu tidak bermakna bahwa konsep baru tersebut tidak dapat diterima selamanya. Ternyata hanya perlu menunggu waktu saja untuk dapat menerima konsep baru tersebut.
Untuk pengembangan teori dalam dunia fisika juga seperti itu, yakni berlandaskan pada salah satu prinsip bahwa teori fisika yang sudah ada tidak akan pernah bisa dinyatakan sudah benar dan suatu saat bisa dinyatakan salah. Ini lebih banyak disadari oleh orang² yang berkecimpung di dasarnya ilmu fisika. Bagi yang belajar ilmu fisika tapi tidak sampai ke dasar, bisa saja tidak akan menyadari hal ini.
Lalu bagaimana dengan ilmu² terapan dari sains? Sobat, jika yang ilmu sains saja tidak menganggap bahwa ilmunya sudah benar dan tidak mungkin salah lagi, lalu kok bisa²nya ilmu terapan sains mengaku bahwa ilmunya sudah benar dan tidak mungkin salah? Kalau bukan "anak yang sombong", apalagi yang pantas disematkan jika seperti itu? Maka perhatikan, bukan ilmunya yang salah tetapi pemahaman orang akan ilmu itu yang keliru.
Apakah setiap usulan baru wajib diterima? Ya tidak juga. Einstein sendiri dalam prosesnya untuk mengusulkan teori yang lebih umum dari teori relativitas khususnya sempat berkali² menulis artikel dan keliru. Baru 10 tahun kemudian ia berhasil membuatnya. Itu hal yang wajar di mata ilmuwan, bukan suatu yang tercela. llmuwan betul² bisa menghargai upaya orang untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Seorang fisikawan teori indonesia pun suatu ketika pernah mengeluarkan suatu teori dan ia berkata yang kira² seperti ini : "Saya tidak peduli teori saya saat ini belum bisa diterima. Barangkali 50 tahun ke depan baru bisa diterima."
Kalau anda belum juga bisa memahami tulisan ini, baiknya lihat kembali ke daftar jenis² orang dalam paragraf pertama di atas. Barangkali anda termasuk salah satu dari 3 jenis orang dalam daftar tersebut. Dengan begitu anda bisa sadar diri dan menempatkan diri anda sesuai posisi anda.
Lokasi foto : gerbang air, persawahan tegalwaton, Kab. Semarang.
Sepakat
ReplyDelete